Sabtu, 12 Maret 2011

Industri Jepang Hancur

Toyota, Nissan dan Sony Stop Produksi
TOKYO-Gempa dahsyat dan tsunami yang mengguncang Jepang kemarin (11/3) dipastikan bakal berdampak besar pada perekonomian Negeri Matahari Terbit tersebut. Jalan-jalan terputus. Jutaan rumah dan industri atau bisnis kehilangan pasokan energi akibat terputusnya jaringan listrik. Banyak pabrik otomotif, elektronik, dan kilang minyak di seantero Jepang juga ditutup akibat bencana tersebut.
Para pemimpin partai berkuasa, Partai Demokrasi Jepang (DPJ) atau Minshuto pimpinan Perdana Menteri (PM) Naoto Kan, serta partai-partai oposisi telah mendesak penyediaan anggaran darurat untuk membantu mendanai upaya-upaya pemulihan. Kantor berita Kyodo melaporkan bahwa PM Naoto Kan telah meminta khusus dana darurat untuk menyelamatkan negeri itu dari tsunami ekonomi.
Bank sentral Jepang atau The Bank of Japan (BoJ) telah berjuang keras membangkitkan perekonomian negara tersebut setelah mengalami lesu darah akibat krisis finansial global. BoJ pun telah berjanji untuk berbuat habis-habisan guna menjamin stabilitas pasar finansial Jepang. Gempa dan tsunami itu merupakan yang terbesar di Jepang dalam 140 tahun terakhir.
Sebagai dampak gempa 8,9 skala Richter (SR) itu, perdagangan saham di Jepang maupun negara-negara lain terpuruk. Indeks saham global pun terpuruk di level terendah selama hampir enam pekan terakhir.
Beberapa bandara, termasuk Bandara Narita dan Haneda di Tokyo, terpaksa ditutup. Tetapi, Bandara Narita akhirnya dibuka kembali tadi malam. Jaringan kereta api (KA), termasuk kereta cepat Shinkansen, berhenti sementara. Seluruh pelabuhan di Jepang ditutup sementara waktu.
Menurut Kyodo, raksasa elektronik Sony Corp. yang menjadi salah satu eksporter terbesar di Jepang terpaksa menutup enam pabriknya di seantero negara itu. “Banyak pula pabrik mobil dan semikonduktor di utara Jepang yang tidak beroperasi akibat gempa dan tsunami. Kerusakan pabrik-pabrik tersebut akan berdampak besar pada perekonomian (Jepang),” kata Yasuo Yamamoto, ekonom senior Mizuho Research Institute di Tokyo.
Gempa tersebut meluluhlantakkan Kota Sendai, Perfektur Miyagi, sekitar 300 km timur laut Tokyo. Kebakaran melanda banyak bangunan di kota itu. Bandara Sendai juga rusak parah akibat hantaman tsunami setinggi 10 meter.
Ironisnya, Perfektur Miyagi dan beberapa kawasan sekitarnya merupakan zona industri dan manufaktur yang penting di Jepang. Banyak pabrik kimia dan elektronik berada di sana. Miyagi juga menyumbang sekitar 1,7 persen dari produk domestic bruto (PDB) Jepang.
“Ada dua hal paling mendasar terkait ekonomi yang dikhawatirkan saat ini. Yang pertama, siklus ekonomi yang rapuh dan rentan tampaknya tidak siap menopang bencana dahsyat kali ini,” ujar Macquarie Research dalam catatannya kemarin. “Yang kedua, kombinasi ekonomi yang melemah dan ketegangan tambahan pada keuangan publik akan memberikan tekanan lebih kuat pada yield obligasi,” lanjutnya.
Toyota Motor Corp., raksasa Jepang yang saat ini menjadi perusahaan otomotif terbesar di dunia, telah menghentikan produksi sebuah pabrik suku cadang dan dua pabrik perakitan mobilnya di kawasan itu, Sementara itu, Nissan Motor Co. juga menghentikan produksi empat pabriknya di lokasi bencana.
Dua karyawan Honda Motor Co. dilaporkan tewas akibat tertimpa reruntuhan atap pabrik di Perfektur Tochigi, utara Jepang.
Gempa juga terjadi ketika ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut menunjukkan sinyal bangkit lagi setelah terpuruk pada triwulan terakhir tahun lalu. Musibah tersebut meningkatkan risiko terputus atau terhentinya banyak sektor bisnis kunci, setidaknya dalam jangka pendek.
Kurs mata uang yen pun langsung terpuruk 0,3 persen dibandingkan dengan dolar AS kemarin. Indeks saham  Nikkei anjlok hampir 5 persen dalam penutupan perdagangan kemarin. Gempa dan tsunami di Jepang ikut memberi tekanan pada bursa negara-negara lain. Saham-saham perusahaan asuransi pun terpukul.
Gempa dahsyat kemarin terjadi hanya beberapa saat sebelum bursa saham Tokyo ditutup. “Saham-saham (di bursa Tokyo) kemungkinan besar bakal anjlok pada perdagangan Senin depan. Terutama, saham-saham dari perusahaan yang punya pabrik di kawasan gempa dan tsunami. Secara keseluruhan tekanan aksi jual akan terus berlanjut dalam jangka pendek,” ramal Mitsuhsige Akino, fund manager pada Ichiyoshi Investment Management.
Menurut Yamamoto, sejauh ini memang belum diketahui secara pasti skala kerusakan akibat gempa dan tsunami. “Tetapi, mempertimbangkan apa yang terjadi setelah gempa di Kobe, gempa kali ini akan mendorong pemerintah untuk menyusun anggaran darurat. Kami perkirakan konsumsi akan merosot. Ini akan berdampak pada penurunan PDB sementara waktu,” hitungnya.
Karena tingkat suku bunga di Jepang mendekati nol persen, para analis menilai bahwa bank sentral dan pemerintah tidak memiliki banyak opsi selain menginjeksikan banyak dana ke ekonomi. “Tingkat kerusakan akibat gempa dan tsunami memang sulit diperkirakan. Tetapi, sepertinya bisa menghancurkan ekonomi di utara Jepang,” kata Tsutomu Yamada, analis pasar pada Kabu.com Securities. “Pemerintah harus bertindak cepat untuk mengumumkan paket dukungan. Bank sentral juga harus menyuntikkan lebih banyak dana segar ke pasar,” lanjutnya.
Pada 1995, gempa dahsyat yang menghancurkan Kota Kobe merenggut ribuan jiwa warga. Gempa saat itu juga mengakibatkan kerugian sekitar USD 100 miliar (sekitar Rp 900 triliun). Untungnya, produksi industri dan pasar finansial bisa pulih dengan cepat.
“Pemerintah bakal harus menjual lebih banyak obligasi. Ini memang keadaan darurat sehingga tidak dapat dihindari,” tutur Yamamoto.
Gempa kemarin berdampak pada sektor energi di Jepang. Hokuriku Electric Co. menyatakan bahwa semua di antara tiga reaktor  milik mereka yang ada di dekat pembangkit nuklir Onagawa ditutup secara otomatis. Tetapi, dipastikan tidak terjadi kebocoran radioaktif.
Electric Power Development (J-Power) juga telah menghentikan operasi pembangkit tenaga panas bumi (geothermal) Isogo di Yokohama. Lalu, sejumlah stasiun televisi melaporkan bahwa kebakaran besar melanda kilang minyak milik Cosmo Oil Co di Chiba, timur Tokyo. JX Nippon Oil & Energy Corp., perusahaan kilang minyak terkemuka Jepan, telah menghentikan operasi tiga kilang minyak di Sendai, Kashima, dan Negishi. Sedangkan Tonengeneral menutup unit utama kilang minyaknya di Kawasaki.
Media Jepang juga melaporkan bahwa kebakaran telah menghanguskan pabrik baja JFE Holdings Inc. di Chiba. JFE merupakan perusahaan produsen baja terbesar kelima di dunia. Kendati begitu, kebakaran itu tidak berdampak besar pada perusahaan.
Dampak gempa juga dirasakan oleh Primearth EV Energy Co. Ltd., perusahaan patungan antara Panasonic Corp. dan Toyota yang memproduksi batere ramah lingkungan untuk kendaraan. Pabrik perusahaan itu di Miyagi berhenti berproduksi akibat terputusnya pasokan listrik. Mitsui Mining maupun Mitsubishi Material juga telah menghentikan operasi pabrik peleburan (smelter) seng dan tembaga milik mereka di kawasan Miyagi.
Dampak pada Indonesia
Dengan kemungkinan terpuruknya perekonomian Jepang akibat gempa dahsyat dan tsunami kemarin, tidak mustahil Indonesia akan terkena imbasnya. Pasalnya, selama ini Jepang merupakan salah satu mitra dagang dan ekonomi terpenting dari Indonesia.
Chief Executive Auto 2000, Jodjana Jody memprediksi harga spare part mobil, khususnya produk Toyota akan segera naik. Soalnya, ada beberapa spare part yang masih didatangkan dari Osaka terganggu pendistribusiannya.
“Soal berapa persen kenaikan itu, kita belum tahu. Lagi pula sampai sore ini kita belum dapat kabar dari Toyota Astra Motor,” ungkap Jodjana Jody yang dihubungi via telepon kemarin sore (11/3).
Kenaikan itu disebabkan ongkos yang mahal pasca tsunami dan hukum pasar dimana banyak permintaan akan beberapa spare part khusus, sementara barang langka. “Itu tadi mungkin dampak secara langsung bisa kita lihat satu atau dua hari kedepan,” ungkapnya.
Jodjana Jody menyebutkan, memang selama ini ada tiga negara yang khusus memprosuksi spare part Toyota, yakni Indonesia sendiri yang berpusat di Karawang, Thailand dan Jepang.
“Ya, itu tadi ada spare part khusus yang masih kita datangkan dari Jepang. Makanya permintaan ini yang terganggu nantinya,” ulasnya.
Kendati begitu, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan bahwa saat ini masih terlalu dini untuk mengalkulasi dampak gempa dan tsunami di Jepang pada perekonomian nasional. Tetapi, Hatta menyatakan bahwa pemerintah Indonesia berharap dampak kerusakan gempa dan tsunami Jepang tidak terlalu besar terhadap perekonomian negara tersebut.
“Kita mengharapkan dampaknya tidak terlalu besar. Kita juga prihatin terhadap gempa skala besar di Jepang. Tapi, terlalu dini untuk membicarakan dampaknya terhadap perekonomian kita,” kata Hatta saat ditemui di Istana Presiden, Jakarta, kemarin.
Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) juga memperkirakan musibah di Jepang tidak sampai berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Terutama ancaman melambatnya kinerja ekspor Indonesia. Meski begitu, BKPM menyatakan, jika berdampak pada Indonesia, hal itu akan bersifat sementara dan tidak terlalu besar.
Menurut Menteri Perdagangan Mari E. Pangestu, ekspor Indonesia bisa saja terpengaruh sebagai akibat pelambatan ekonomi Jepang. Namun, dia meramal secara keseluruhan pengaruhnya tidak terlalu besar karena produk Indonesia tetap dibutuhkan Jepang.
“Saya rasa kalau (terjadi perlambatan ekonomi) di Jepang tetap ada pengaruhnya (bagi Indonesia). Tapi, kan yang kita ekspor barang-barang (primer), seperti minyak. Jadi, tetap dibutuhkan mereka,” tuturnya.
Mari menjelaskan, untuk menjaga supaya kinerja ekspor Indonesia tetap baik, pemerintah akan terus melakukan diversifikasi pasar. Yang terus dilakukan adalah terutama mendorong ekspor ke negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi bagus, seperti Tiongkok atau negara-negara ASEAN. (dwi/jpnn/dra)

Sumber : http://rimanews.com/read/20110312/19848/saham-anjlok-pasca-tsunami-jepang-picu-kecemasan-dampak-ekonomi

Catatan : Tulisan ini dibuat bukan untuk kepentingan komersial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar